Selasa, 31 Maret 2009

EMOSI NEGATIF

Dominasi emosi negatif dapat memengaruhi watak anak.

Di usia prasekolah, tepatnya usia 2;6-3;6 tahun, umumnya anak mengalami ketidakseimbangan emosi. Ditandai dengan ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat, dan iri hati yang tidak masuk akal. Ketidakseimbangan emosi ini akan muncul lagi di usia 5;6-6;6 tahun.

Penyebabnya beragam, di antaranya terlalu lelah karena bermain, tidak tidur siang, dan makan terlalu sedikit. Namun porsi terbesar adalah faktor psikologis, seperti orangtua yang banyak melarang dan terlalu melindungi padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak hal. Selain itu, adanya harapan orangtua agar anak mencapai standar di atas kemampuannya. Hampir serupa, emosi yang meninggi ini juga kerap muncul pada anak-anak yang tak mampu melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya dengan mudah.

Kendati emosi negatif me-rupakan bagian dari perkembangan si prasekolah, namun kehadirannya tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Dominasi emosi negatif dapat memengaruhi pandangan hidup anak dan mendorong kepada perkembangan watak yang kurang baik. Antara lain, anak jadi sulit berempati pada orang lain, pemarah, mudah tersinggung, mudah gelisah, merasa kurang aman, pencemburu, dan sebagainya. Tentunya hal ini akan menghambat dirinya dalam menjalin hubungan emosional dengan orang lain. Karena itulah, anak perlu dibantu untuk mengatasi emosi-emosi negatifnya.

AMARAH

Umumnya dikarenakan pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak yang lain. Cara pengungkapannya dapat berupa menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul. Ledakan amarah ini umumnya mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun. Setelah itu amarah berlangsung tidak terlampau lama dan berubah menjadi merajuk, cemberut, serta merenung.

Tip & trik mengatasinya:

* Jangan bereaksi berlebihan.

Oangtua harus tetap tenang; hindari berteriak pada anak, bicaralah dengan lembut dan peluklah anak. Bawalah anak ke tempat tenang yang memungkinkannya melepaskan emosi.

* Ajarkan mengusir rasa marah.

Ajak anak menggambar di sebuah kertas apa yang membuatnya kesal atau marah. Kemudian sobek kertas berisi gambar/tulisan tersebut menjadi cabikan sekecil mungkin. Ajak ia membuang rasa marah yang disimbolkan dengan aksi merobek kertas tersebut.

* Ajarkan relaksasi.

Ajak anak duduk dengan punggung lurus dan menyandar pada kursi, kemudian tunjukkan bagaimana menghitung perlahan, dari 1 sampai 5. Pada hitungan kedua, jeda sebentar, tarik napas perlahan, lalu lanjutkan menghitung kembali. Ulangi aktivitas tersebut untuk memperoleh energi maksimum, mengurangi rasa marah, dan meningkatkan kontrol.

* Beri pemahaman.

Saat anak kembali normal, berilah pemahaman sesuai usianya bahwa, misal, kemarahan tak boleh dilakukan dengan tindakan fisik atau kata-kata kasar karena akan membuat dia dijauhi teman-temannya.

TAKUT

Rasa takut muncul disebabkan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan. Sumbernya bisa berasal dari cerita, gambar-gambar, acara televisi, atau radio yang memiliki unsur menakutkan. Sama dengan amarah, rasa takut juga mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun. Setelah itu ketakutannya mulai berkurang, sebagian dikarenakan anak sadar bahwa situasi yang tadinya ditakuti ternyata tak menakutkan lagi. Selain juga karena ada tekanan sosial yang menyebabkan anak harus menyembunyikan ketakutannya.

Tip & trik mengatasinya:

* Memahami rasa takut anak.

Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun mengalaminya. Bedanya, anak-anak sering takut pada hal-hal yang sebetulnya tidak ada atau tidak menakutkan, sedangkan orang dewasa biasanya takut pada hal-hal yang memang menakutkan. Pemahaman ini penting bagi anak agar ia tahu bahwa ketakutan itu harus beralasan atau masuk akal.

* Tidak memaksa anak.

Jangan paksa anak untuk segera bisa mengatasi ketakutannya. Beri ia cukup waktu untuk beradaptasi pada situasi/objek yang membuatnya takut. Bersikaplah santai, jangan terlalu cemas.

* Hindari jadi contoh yang salah bagi anak.

Apakah selama ini orang dewasa di sekeliling anak sering menunjukkan reaksi takut terhadap sesuatu di depan anak? Bila ini yang terjadi, segera ubah kebiasaan tersebut karena anak belajar mengekspresikan emosi dari lingkungannya.

* Jangan menertawakan reaksi takut anak.

Saat mengalami ketakutan, anak-anak merasakan ancaman nyata yang perlu segera diatasi.

* Kuatkan rasa percaya diri anak.

Katakan dengan mantap tetapi menenangkan, misal, "Adek tak perlu takut ditinggal sendirian sebentar saja karena Ibu pasti akan kembali." atau "Kamu anak yang berani, Ibu bangga padamu."

CEMBURU

Rasa cemburu muncul bila anak mengira, minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Cara mengungkapkannya bisa berupa kembali berperilaku seperti anak kecil, semisal mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini bertujuan untuk sekadar menarik perhatian. Umumnya cemburu dimulai sekitar sekitar 2 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia anak.

Tip & trik mengatasinya:

* Persiapkan si kakak sebelum kehadiran adik.

Jauh sebelum anak kedua lahir, libatkan si calon kakak dalam aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Misal, mengajaknya ke dokter untuk memeriksakan kehamilan ibu, membeli perlengkapan bayi dan mengatur kamar tidur bayi. Ceritakan pada anak tentang senangnya mendapat adik baru karena anak akan punya teman bermain di rumah.

* Hindari membandingkan.

Kompetisi sering dilakukan orangtua untuk memotivasi anak-anak mereka. Akan tetapi dengan memuji salah satu anak, anak lainnya akan cemburu dan merasa orang tua tak sayang lagi padanya.

* Tumbuhkan keunikan anak.

Setiap anak adalah unik. Kenali bakatnya dan kembangkan sesuai potensi dan minatnya. Ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

* Buatlah batasan yang jelas.

Ajarkan saling menghargai, tidak saling mengejek atau meminjam barang tanpa izin pemiliknya.

* Dengarkan perasaan anak.

Ini penting untuk mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebab pertengkaran.

* Tidak memihak.

Biarkan anak-anak menyelesaikan sendiri pertengkaran mereka. Orangtua hanya perlu memfasilitasi komunikasi antarkeduanya. Tetapi bila pertengkaran membahayakan salah satu pihak atau keduanya baik secara fisik maupun perasaan, orangtua harus turun tangan.

* Hindari memupuk kebiasaan mengadu.

Bila salah satu anak mengadu pada orangtua tentang perilaku kakak atau adiknya, sebaiknya orangtua mengatakan pada anak untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. Ini perlu dilakukan agar kebiasaannya mengadu tak berkembang.

* Beri pujian untuk perilaku kooperatif.

Saat anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif, berilah mereka penghargaan atau pujian, agar anak mengerti bahwa perilaku inilah yang diharapkan darinya.

IRI HATI

Biasanya iri hati disebabkan anak tidak memiliki kemampuan atau barang seperti yang dimiliki anak lain. Iri hati dapat diungkapkan dalam berbagai cara, namun yang paling umum adalah keinginan untuk memiliki barang seperti barang milik anak lain atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati. Anak usia 3,5 tahun biasanya mulai memahami persaingan. Setiap hari mereka menemukan ukuran-ukuran baru untuk diri mereka. Anak-anak usia ini selalu mengukur dirinya terhadap anak-anak lain sehingga terkadang mereka merasa iri bila ada anak yang dianggap "lebih".

Tip & trik mengatasinya:

* Beri pengertian pada anak.

Beri pengertian pada anak bahwa masing-masing keluarga punya kebutuhan berbeda. Berilah penjelasan sederhana sesuai tingkat pemahamannya, umpama, "Saat ini Ibu tidak mungkin membelikan Kakak mainan karena Ibu harus membeli obat untuk adik."

* Lakukan negosiasi.

Bila anak memaksa ingin membeli mainan seperti milik temannya, dan orangtua tidak ingin mengabulkan permintaannya, cobalah tawarkan kegiatan lain yang disukai anak, semisal membuat kue kesukaan anak atau naik sepeda bersama.

* Kuatkan rasa percaya diri anak.

Tunjukkan kelebihan-kelebihannya, pengalaman suksesnya dan yakinkan bahwa dia akan berhasil asal dia mau rajin belajar dan berlatih.

* Latih anak belajar menunda kepuasan.

Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi. Anak harus mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu tidak mudah, butuh kesabaran dan waktu, sehingga ketika dia mendapatkan apa yang diinginkannya dia akan lebih menghargainya.

* Ajarkan bertanggung jawab.

Bila anak mengambil barang milik anak lain, beritahu bahwa perbuatannya itu tidak baik, minta anak untuk mengembalikan barang tersebut dan minta maaf pada temannya. Jika anak merasa malu, dampingilah.

* Beri pujian.

Pujilah setiap kali anak berhasil menahan diri, mau mengerti kondisi orangtua dan tidak memaksa membeli mainan seperti milik temannya.

BERAGAM FAKTOR YANG IKUT MEMENGARUHI KEMUNCULAN EMOSI NEGATIF

* Jenis kelamin.

Ada anggapan, pengungkapan emosi dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Misal, amarah lebih pantas dilakukan oleh anak laki-laki. Sedangkan takut, cemburu, dianggap lebih tepat untuk anak perempuan. Karena, umumnya sejak kecil anak sudah dikenalkan pada perbedaan jenis kelamin dan peran antara laki-laki dan perempuan. Cara orangtua mengembangkan identitas gender anak sangat dipengaruhi oleh stereotip yang berkembang di masyarakat. Sifat-sifat tertentu misalnya pemarah, tidak mau diam, jahil biasanya lebih dimaklumi bila dilakukan anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan mudah menangis, takut dan suka diperhatikan. Pola asuh yang berbeda, pembagian tugas di rumah sampai pada pemilihan jenis mainan "hanya untuk anak laki-laki" dan "hanya untuk perempuan" sering dilakukan orang tua untuk menguatkan identitas gender anak.

* Jumlah anggota keluarga.

Besarnya jumlah anggota keluarga sering memengaruhi emosi pada anak. Contoh, cemburu lebih umum terjadi pada keluarga kecil dengan 2 atau 3 anak daripada dalam keluarga besar dimana tak ada anak yang menerima perhatian lebih besar dari orangtuanya.

Sementara iri hati lebih umum dalam keluarga besar daripada keluarga kecil. Sebab, makin besar keluarga makin sedikit barang yang dipunyai anak sehingga kemungkinan untuk iri hati lebih kecil. Cemburu pada anak sulung lebih sering dan lebih "kejam" daripada rasa cemburu pada adik-adiknya. Karena, sebelum kelahiran sang adik, anak sulung biasanya menerima limpahan kasih sayang dan perhatian penuh dari orangtuanya. Sebagian besar orangtua cenderung bersikap protektif dan menuruti keinginan anak sesuai kemampuannya. Hal ini menguatkan ego si sulung, sehingga kehadiran adik merupakan ancaman baginya. Bila tak dipersiapkan dengan baik, anak sulung akan merasa diabaikan, tak diperhatikan dan tak disayangi lagi oleh orangtua sehingga dia mungkin saja melampiaskan kecemburuannya pada adik bayinya.

* Lingkungan sosial.

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah lingkungan rumah. Misal, ledakan amarah lebih banyak timbul di rumah yang memiliki lebih banyak saudara daripada anak tunggal. Alasannya, bagi orangtua yang memiliki anak lebih dari satu, mudah sekali terjadi pertengkaran antara kakak adik. Bisa jadi ini akibat persaingan, rasa bosan atau mencari perhatian orang- tua. Persaingan antarsaudara (sibling rivalry) merupakan salah satu alasan terkuat anak-anak bertengkar dan marah. Persaingan ini memang tak dapat dihindari, mengingat masing-masing anak ingin diperlakukan spesial oleh orangtuanya. Walaupun persaingan antarsaudara lumrah terjadi, namun tetap harus ditangani dengan baik. Mengingat saudara adalah teman pertama yang dimiliki anak dimana anak belajar berbagi, mencintai dan bekerja sama.

Jenis disiplin yang diterapkan juga memengaruhi. Anak dengan didikan disiplin otoriter, umumnya smengungkapkan emosi negatif dengan amarah, karena anak belajar dari orang tua dan orang dewasa lainnya di rumah. Bagaimana cara orangtua berinteraksi dengan orang lain di rumah akan ditiru oleh anak. Orangtua yang menerapkan disiplin otoriter biasanya tak memberikan kebebasan yang leluasa pada anak untuk bereksplorasi. Bila anak berperilaku buruk atau tidak sesuai dengan harapan orangtua, ia akan dimarahi atau dihukum. Anak tak terbiasa mengomunikasikan perasaan, harapan dan keinginannya secara baik, sehingga bila dia menghadapi kekecewaan atau kekesalan akan bereaksi dengan amarah. (tabloid-nakita)

EMOSI NEGATIF

Dominasi emosi negatif dapat memengaruhi watak anak.

Di usia prasekolah, tepatnya usia 2;6-3;6 tahun, umumnya anak mengalami ketidakseimbangan emosi. Ditandai dengan ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat, dan iri hati yang tidak masuk akal. Ketidakseimbangan emosi ini akan muncul lagi di usia 5;6-6;6 tahun.

Penyebabnya beragam, di antaranya terlalu lelah karena bermain, tidak tidur siang, dan makan terlalu sedikit. Namun porsi terbesar adalah faktor psikologis, seperti orangtua yang banyak melarang dan terlalu melindungi padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak hal. Selain itu, adanya harapan orangtua agar anak mencapai standar di atas kemampuannya. Hampir serupa, emosi yang meninggi ini juga kerap muncul pada anak-anak yang tak mampu melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya dengan mudah.

Kendati emosi negatif me-rupakan bagian dari perkembangan si prasekolah, namun kehadirannya tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Dominasi emosi negatif dapat memengaruhi pandangan hidup anak dan mendorong kepada perkembangan watak yang kurang baik. Antara lain, anak jadi sulit berempati pada orang lain, pemarah, mudah tersinggung, mudah gelisah, merasa kurang aman, pencemburu, dan sebagainya. Tentunya hal ini akan menghambat dirinya dalam menjalin hubungan emosional dengan orang lain. Karena itulah, anak perlu dibantu untuk mengatasi emosi-emosi negatifnya.

AMARAH

Umumnya dikarenakan pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak yang lain. Cara pengungkapannya dapat berupa menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul. Ledakan amarah ini umumnya mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun. Setelah itu amarah berlangsung tidak terlampau lama dan berubah menjadi merajuk, cemberut, serta merenung.

Tip & trik mengatasinya:

* Jangan bereaksi berlebihan.

Oangtua harus tetap tenang; hindari berteriak pada anak, bicaralah dengan lembut dan peluklah anak. Bawalah anak ke tempat tenang yang memungkinkannya melepaskan emosi.

* Ajarkan mengusir rasa marah.

Ajak anak menggambar di sebuah kertas apa yang membuatnya kesal atau marah. Kemudian sobek kertas berisi gambar/tulisan tersebut menjadi cabikan sekecil mungkin. Ajak ia membuang rasa marah yang disimbolkan dengan aksi merobek kertas tersebut.

* Ajarkan relaksasi.

Ajak anak duduk dengan punggung lurus dan menyandar pada kursi, kemudian tunjukkan bagaimana menghitung perlahan, dari 1 sampai 5. Pada hitungan kedua, jeda sebentar, tarik napas perlahan, lalu lanjutkan menghitung kembali. Ulangi aktivitas tersebut untuk memperoleh energi maksimum, mengurangi rasa marah, dan meningkatkan kontrol.

* Beri pemahaman.

Saat anak kembali normal, berilah pemahaman sesuai usianya bahwa, misal, kemarahan tak boleh dilakukan dengan tindakan fisik atau kata-kata kasar karena akan membuat dia dijauhi teman-temannya.

TAKUT

Rasa takut muncul disebabkan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan. Sumbernya bisa berasal dari cerita, gambar-gambar, acara televisi, atau radio yang memiliki unsur menakutkan. Sama dengan amarah, rasa takut juga mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun. Setelah itu ketakutannya mulai berkurang, sebagian dikarenakan anak sadar bahwa situasi yang tadinya ditakuti ternyata tak menakutkan lagi. Selain juga karena ada tekanan sosial yang menyebabkan anak harus menyembunyikan ketakutannya.

Tip & trik mengatasinya:

* Memahami rasa takut anak.

Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun mengalaminya. Bedanya, anak-anak sering takut pada hal-hal yang sebetulnya tidak ada atau tidak menakutkan, sedangkan orang dewasa biasanya takut pada hal-hal yang memang menakutkan. Pemahaman ini penting bagi anak agar ia tahu bahwa ketakutan itu harus beralasan atau masuk akal.

* Tidak memaksa anak.

Jangan paksa anak untuk segera bisa mengatasi ketakutannya. Beri ia cukup waktu untuk beradaptasi pada situasi/objek yang membuatnya takut. Bersikaplah santai, jangan terlalu cemas.

* Hindari jadi contoh yang salah bagi anak.

Apakah selama ini orang dewasa di sekeliling anak sering menunjukkan reaksi takut terhadap sesuatu di depan anak? Bila ini yang terjadi, segera ubah kebiasaan tersebut karena anak belajar mengekspresikan emosi dari lingkungannya.

* Jangan menertawakan reaksi takut anak.

Saat mengalami ketakutan, anak-anak merasakan ancaman nyata yang perlu segera diatasi.

* Kuatkan rasa percaya diri anak.

Katakan dengan mantap tetapi menenangkan, misal, "Adek tak perlu takut ditinggal sendirian sebentar saja karena Ibu pasti akan kembali." atau "Kamu anak yang berani, Ibu bangga padamu."

CEMBURU

Rasa cemburu muncul bila anak mengira, minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Cara mengungkapkannya bisa berupa kembali berperilaku seperti anak kecil, semisal mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal. Perilaku ini bertujuan untuk sekadar menarik perhatian. Umumnya cemburu dimulai sekitar sekitar 2 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia anak.

Tip & trik mengatasinya:

* Persiapkan si kakak sebelum kehadiran adik.

Jauh sebelum anak kedua lahir, libatkan si calon kakak dalam aktivitas yang berhubungan dengan menyambut kehadiran adik barunya. Misal, mengajaknya ke dokter untuk memeriksakan kehamilan ibu, membeli perlengkapan bayi dan mengatur kamar tidur bayi. Ceritakan pada anak tentang senangnya mendapat adik baru karena anak akan punya teman bermain di rumah.

* Hindari membandingkan.

Kompetisi sering dilakukan orangtua untuk memotivasi anak-anak mereka. Akan tetapi dengan memuji salah satu anak, anak lainnya akan cemburu dan merasa orang tua tak sayang lagi padanya.

* Tumbuhkan keunikan anak.

Setiap anak adalah unik. Kenali bakatnya dan kembangkan sesuai potensi dan minatnya. Ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

* Buatlah batasan yang jelas.

Ajarkan saling menghargai, tidak saling mengejek atau meminjam barang tanpa izin pemiliknya.

* Dengarkan perasaan anak.

Ini penting untuk mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi penyebab pertengkaran.

* Tidak memihak.

Biarkan anak-anak menyelesaikan sendiri pertengkaran mereka. Orangtua hanya perlu memfasilitasi komunikasi antarkeduanya. Tetapi bila pertengkaran membahayakan salah satu pihak atau keduanya baik secara fisik maupun perasaan, orangtua harus turun tangan.

* Hindari memupuk kebiasaan mengadu.

Bila salah satu anak mengadu pada orangtua tentang perilaku kakak atau adiknya, sebaiknya orangtua mengatakan pada anak untuk menyelesaikan sendiri masalahnya. Ini perlu dilakukan agar kebiasaannya mengadu tak berkembang.

* Beri pujian untuk perilaku kooperatif.

Saat anak-anak menunjukkan perilaku kooperatif, berilah mereka penghargaan atau pujian, agar anak mengerti bahwa perilaku inilah yang diharapkan darinya.

IRI HATI

Biasanya iri hati disebabkan anak tidak memiliki kemampuan atau barang seperti yang dimiliki anak lain. Iri hati dapat diungkapkan dalam berbagai cara, namun yang paling umum adalah keinginan untuk memiliki barang seperti barang milik anak lain atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati. Anak usia 3,5 tahun biasanya mulai memahami persaingan. Setiap hari mereka menemukan ukuran-ukuran baru untuk diri mereka. Anak-anak usia ini selalu mengukur dirinya terhadap anak-anak lain sehingga terkadang mereka merasa iri bila ada anak yang dianggap "lebih".

Tip & trik mengatasinya:

* Beri pengertian pada anak.

Beri pengertian pada anak bahwa masing-masing keluarga punya kebutuhan berbeda. Berilah penjelasan sederhana sesuai tingkat pemahamannya, umpama, "Saat ini Ibu tidak mungkin membelikan Kakak mainan karena Ibu harus membeli obat untuk adik."

* Lakukan negosiasi.

Bila anak memaksa ingin membeli mainan seperti milik temannya, dan orangtua tidak ingin mengabulkan permintaannya, cobalah tawarkan kegiatan lain yang disukai anak, semisal membuat kue kesukaan anak atau naik sepeda bersama.

* Kuatkan rasa percaya diri anak.

Tunjukkan kelebihan-kelebihannya, pengalaman suksesnya dan yakinkan bahwa dia akan berhasil asal dia mau rajin belajar dan berlatih.

* Latih anak belajar menunda kepuasan.

Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi. Anak harus mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu tidak mudah, butuh kesabaran dan waktu, sehingga ketika dia mendapatkan apa yang diinginkannya dia akan lebih menghargainya.

* Ajarkan bertanggung jawab.

Bila anak mengambil barang milik anak lain, beritahu bahwa perbuatannya itu tidak baik, minta anak untuk mengembalikan barang tersebut dan minta maaf pada temannya. Jika anak merasa malu, dampingilah.

* Beri pujian.

Pujilah setiap kali anak berhasil menahan diri, mau mengerti kondisi orangtua dan tidak memaksa membeli mainan seperti milik temannya.

BERAGAM FAKTOR YANG IKUT MEMENGARUHI KEMUNCULAN EMOSI NEGATIF

* Jenis kelamin.

Ada anggapan, pengungkapan emosi dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Misal, amarah lebih pantas dilakukan oleh anak laki-laki. Sedangkan takut, cemburu, dianggap lebih tepat untuk anak perempuan. Karena, umumnya sejak kecil anak sudah dikenalkan pada perbedaan jenis kelamin dan peran antara laki-laki dan perempuan. Cara orangtua mengembangkan identitas gender anak sangat dipengaruhi oleh stereotip yang berkembang di masyarakat. Sifat-sifat tertentu misalnya pemarah, tidak mau diam, jahil biasanya lebih dimaklumi bila dilakukan anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan mudah menangis, takut dan suka diperhatikan. Pola asuh yang berbeda, pembagian tugas di rumah sampai pada pemilihan jenis mainan "hanya untuk anak laki-laki" dan "hanya untuk perempuan" sering dilakukan orang tua untuk menguatkan identitas gender anak.

* Jumlah anggota keluarga.

Besarnya jumlah anggota keluarga sering memengaruhi emosi pada anak. Contoh, cemburu lebih umum terjadi pada keluarga kecil dengan 2 atau 3 anak daripada dalam keluarga besar dimana tak ada anak yang menerima perhatian lebih besar dari orangtuanya.

Sementara iri hati lebih umum dalam keluarga besar daripada keluarga kecil. Sebab, makin besar keluarga makin sedikit barang yang dipunyai anak sehingga kemungkinan untuk iri hati lebih kecil. Cemburu pada anak sulung lebih sering dan lebih "kejam" daripada rasa cemburu pada adik-adiknya. Karena, sebelum kelahiran sang adik, anak sulung biasanya menerima limpahan kasih sayang dan perhatian penuh dari orangtuanya. Sebagian besar orangtua cenderung bersikap protektif dan menuruti keinginan anak sesuai kemampuannya. Hal ini menguatkan ego si sulung, sehingga kehadiran adik merupakan ancaman baginya. Bila tak dipersiapkan dengan baik, anak sulung akan merasa diabaikan, tak diperhatikan dan tak disayangi lagi oleh orangtua sehingga dia mungkin saja melampiaskan kecemburuannya pada adik bayinya.

* Lingkungan sosial.

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah lingkungan rumah. Misal, ledakan amarah lebih banyak timbul di rumah yang memiliki lebih banyak saudara daripada anak tunggal. Alasannya, bagi orangtua yang memiliki anak lebih dari satu, mudah sekali terjadi pertengkaran antara kakak adik. Bisa jadi ini akibat persaingan, rasa bosan atau mencari perhatian orang- tua. Persaingan antarsaudara (sibling rivalry) merupakan salah satu alasan terkuat anak-anak bertengkar dan marah. Persaingan ini memang tak dapat dihindari, mengingat masing-masing anak ingin diperlakukan spesial oleh orangtuanya. Walaupun persaingan antarsaudara lumrah terjadi, namun tetap harus ditangani dengan baik. Mengingat saudara adalah teman pertama yang dimiliki anak dimana anak belajar berbagi, mencintai dan bekerja sama.

Jenis disiplin yang diterapkan juga memengaruhi. Anak dengan didikan disiplin otoriter, umumnya smengungkapkan emosi negatif dengan amarah, karena anak belajar dari orang tua dan orang dewasa lainnya di rumah. Bagaimana cara orangtua berinteraksi dengan orang lain di rumah akan ditiru oleh anak. Orangtua yang menerapkan disiplin otoriter biasanya tak memberikan kebebasan yang leluasa pada anak untuk bereksplorasi. Bila anak berperilaku buruk atau tidak sesuai dengan harapan orangtua, ia akan dimarahi atau dihukum. Anak tak terbiasa mengomunikasikan perasaan, harapan dan keinginannya secara baik, sehingga bila dia menghadapi kekecewaan atau kekesalan akan bereaksi dengan amarah. (tabloid-nakita)

AUTISIC SPECTRUM DISORDER (ASD)

AUTISIC SPECTRUM DISORDER (ASD)

Anak yang didiagnosa dengan autisic spectrum disorder (ASD) dapat berasal dari berbagai kalangan sosioekonomi, suku, ras dan etnis. Semakin banyak anak dengan ASD akan ditemukan dalam setiap komunitas dan lingkungan seiring meningkatnya identifikasi dari gangguan tersebut. Estimasi biaya tahunan untuk pendidikan dan penanganan individu dengan ASD adalah sekitar 90 milyar dolar berdasarkan Autism Society of America. Diagnosa dan penanganan yang lebih awal adalah faktor utama untuk mengurangi biaya penanganan anak-anak dengan ASD.

Menurut DSM-IV autistic spectrum disorder (ASD) merupakan bagian dari pervasive developmental disorder (PDD) atau Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP), Pervasif artinya meresap atau yang mendasari sehingga mengakibatkan gangguan lain dan GPP adalah suatu gangguan perkembangan pada anak, dimana terutama terdapat 3 bidang perkembangan yang terganggu, yaitu: komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Gejala-gejala tersebut harus sudah ada sejak sebelum usia 3 tahun, walaupun demikian diagnosis ditegaskan saat anak berusia 3 tahun. Gangguan di bidang komunikasi meliputi (1) tidak ada gesture ataupun mimik, (2) tidak bisa mempertahankan bicara yang lama, (3) bahasa stereotipik dan repetitif dan (4) tidak bisa bemain berpura-pura (sandiwara).
Gangguan di bidang interaksi sosial meliputi (1) menghindari tatap mata, (2) gagal dalam hubungan pertemanan, (3) kurangnya spontanitas dalam bermain, (4) hilangnya rasa emosional. Gangguan di bidang perilaku meliputi (1) pola perilaku stereotipik tertentu, (2) melakukan rutinitas secara ritual, (3) mannerisme seperti finger flapping dan (4) preokupasi terhadap bagian benda tertentu saja. Namun secara klinis di lapangan, gangguan tersebut ditemukan secara spektrum (berbeda kadar/derajat keparahannya). Bila gangguan tersebut memenuhi kriteria lengkap seperti di atas maka disebut dengan autistic disorder, sedangkan bila tidak lengkap maka disebut sebagai autistic spectrum disorder.

Terminologi Gangguan Perkembangan Pervasif ini melingkupi beberapa sindroma
atau gangguan perkembangan yang mempunyai ciri seperti tersebut di atas. Kondisi yang dapat diklasifikasikan kedalam Gangguan Perkembangan Pervasif, menurut ICD-10(International Classification of Diseases, WHO 1993), maupun menurut DSM-IV (American Psychiatric Association, 1994) adalah :
1. Autisme Masa Kanak (Childhood Autism)
2. Gangguan Perkembangan Pervasif yang tak tergolongkan (GPP-YTT)
(Pervasif Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
3. Sindroma Rett (Rett’s Syndrome)
4. Gangguan Disintegratif Masa kanak (Childhood Disintegrative Disorder)
5. Sindroma Asperger (Asperger’s Syndrome).

1. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )

Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya
sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang

terganggu adalah dalam bidang :

1.1. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan
dibawah ini :
• Perkembangan bicaranya terlambat, atau sama sekali tidak berkembang.
• Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka
• untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
• Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
• Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
• Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

1.2. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi sosial :
• Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
• Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
• Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
• Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.

1.3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan
stereotipik seperti dibawah ini :
• Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
• Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
• Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
• Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.
• Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi
• pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.

2. Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD-NOS)
PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang
komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti
pada Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

3. Sindrom Rett

Adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak wanita.
Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir.

Mulai sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan kemulut, menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi antara umur 6-30 bulan.

Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran
psikomotor yang hebat. Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur.

Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot
yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.


4. Gangguan Disintegrasi Masa Kanak

Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak
tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum
terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.

Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga
kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang
mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik.

Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip
dengan autisme.


5. Sindrom Asperger
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak
terdapat pada anak laki-laki daripada wanita. Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu.
Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak- anak lain seumurnya. Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.

Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.

Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain. Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab:
“Tapi itu kan benar Bu.”
Anak Sindrom Asperger jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau stimulasi diri.

Autisme Bukan Akhir Segalanya
Jangan panik apabila anda menemukan salah satu gejala-gejala di atas pada anak anda. Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter, jika mencurigai adanya satu atau lebih gejala di atas pada anak anda. Tetapi jangan juga cepat – cepat menyatakan anak anda sebagai penderita autisme.
Diagnosis akhir dan evaluasi keadaan anak sebaiknya ditangani oleh suatu tim
dokter yang berpengalaman, terdiri dari: dokter anak, ahli saraf anak, psikolog, ahli perkembangan anak, psikiater anak, dan ahli terapi wicara.
Tim tersebut bertanggung jawab dalam menegaskan diagnosis dan memberi arahan mengenai kebutuhan unik dari masing–masing anak, termasuk bantuan interaksi sosial, bermain, perilaku dan komunikasi.
Apabila memang anak anda mengidap autisme, sebaiknya anak anda bersekolah di sekolah khusus. Jika sudah menemukan sekolah yang tepat bukan berarti tugas Anda selesai. Selama di rumah penderita autisme justru harus terus dimotivasi agar mampu mengembangkan potensinya. Kunci perawatan anak autisme adalah kasih sayang dan perhatian orang tua.

Perlu diingat, autisme bukanlah akhir segalanya…

--->dari berbagai sumber

Kamis, 18 Desember 2008

Asperger, Gangguan Anak Antisosial

By Republika ContributorSelasa, 09 Desember 2008 pukul 10:53:00


http://www.republika.co.id/berita/19041.html

TERAPI: Gangguan asperger layaknya sindrom autisme lain dapat dibantu dengan tepai sensori integrasi, termasuk terapi wicara.

JAKARTA-- Autisme seakan-akan jadi momok menakutkan bagi banyak orang tua. Tidak heran, karena jumlah angka penderitanya di seluruh dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia. Meskipun belum ada angka pasti yang menyebutkan penderita autis di Indonesia.Nyatanya tidak hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik. Gangguan Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940,

Asperger ialah orang pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama pasien laki-laki. Asperger memperhatikan, meskipun anak laki-laki tersebut memiliki tingkat intelegensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih ringan.


Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki kondisi struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada penderita autisme.Menurut Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, Susan B. Stine, MD karakter dari anak-anak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa dan tingkah laku khusus lainnya. Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada orang lain.


“Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas Stine.
Selain itu, tambah Stine, ciri dari anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.


Hal senada diungkapkan oleh dokter spesialis anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K). Dia memaparkan, sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. “Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara,” kata Hardiono.
Jika dilihat secara sekilas, lanjutnya, anak tersebut tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.


Memang secara keseluruhan anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain.
Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.


“Pada ahli mengatakan bahwa penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu,” pungkasnya. Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi. Ciri yang menonjol pada anak asperger adalah mereka tidak bisa membaca kode-kode atau ekspresi wajah seseorang. Karena ketidakmampuannya itu, anak asperger dijauhi teman-temannya. "Biasanya mereka jadi anak yang antisosial, sulit berinteraksi dengan orang lain," kata Hardiono.Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa dan akhirnya depresi.

Sesuai dengan perkembangan otak, kalau kelainan itu diketahui lebih dini, maka bisa distimulasi atau diberi obat agar berkembang ke arah yang baik. Namun, kalau sudah terlambat deteksinya, yaitu sudah berusia lima atau enam tahun, maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti. Pada umur lima tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antar saraf di mana bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.
Kini teknik-teknik terapi sudah jauh lebih maju dan fasilitas sudah banyak. Hardiono menuturkan, salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak si anak bermain. Stimulasi ini diketahui memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin.


Menurut Hardiono, anak asperger masih bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi. Pasalnya, kemampuan mereka bersosialisasi sangat kurang.
"Cara terapi yang paling baik adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Terapi dalam bentuk peer group akan lebih baik lagi," paparnya.
Anak asperger biasanya memiliki kecerdasan yang tinggi, maka orangtua akan dengan mudah mengajarkan emosi sosial. Misalnya, mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi tertentu.R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi atau pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.


Secara umum Ozbayrak mengatakan, anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak terbantu oleh orangtua yang memahami dan mampu membantunya. Kemudian, mereka juga membutuhkan pendidikan yang diperuntukan khusus bagi kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan kemampuan untuk bersosialisasi serta terapi wicara.
"Terapi sensori integrasi juga dapat berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir kondisinya yang terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dapat mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar Ozbayrak. (ri)

Senin, 15 Desember 2008

Pengertian Terapi Perilaku menurut Ilmu Kedokteran (versi dua bahasa Inggris indonesia) http://www.emedicinehealth.com/autism/page10_em.htm

Behavioral therapy / Terapi Perlilaku
edisi dua bahasa (translated by google Translate)
Behavioral therapy is the foundation for most treatment programs for children with autism.
Terapi perilaku adalah dasar bagi sebagian besar program perawatan untuk anak-anak dengan autism.

More than 30 years of research has shown the benefit of applied behavioral methods in improving communication, learning, adaptive behavior, and appropriate social behavior while reducing inappropriate behavior in children with autism.
Lebih dari 30 tahun penelitian telah menunjukkan manfaat dari perilaku menerapkan metode dalam meningkatkan komunikasi, pembelajaran, perilaku adaptif, dan sesuai perilaku sosial sambil mengurangi perilaku yang tidak patut pada anak-anak dengan autism.

There is strong evidence that these interventions are most effective when started early, typically in the preschool years.
Ada bukti kuat bahwa intervensi yang paling efektif jika dimulai dini, biasanya di TK tahun.

A range of scientifically proven behavioral treatment has been developed for children with autism.
Berbagai perilaku ilmiah membuktikan perawatan telah dikembangkan untuk anak-anak dengan autism.

These are mainly based on the principles of applied behavior analysis.
Ini adalah terutama berdasarkan prinsip-prinsip diterapkan analisis perilaku.

Applied behavior analysis (ABA) is designed to both correct behavior and teach skills for dealing with specific situations.
Diterapkan analisis perilaku (ABA) dirancang untuk perilaku benar dan mengajarkan keterampilan untuk menangani situasi tertentu.

It is based on the principle of reinforcement: that behavior can be changed by rewarding desired behavior and removing reinforcement for unwanted behavior.
Ini didasarkan pada prinsip penguatan: perilaku yang dapat diubah oleh perilaku bermanfaat dikehendaki dan menghapus penguatan untuk perilaku yang tidak diinginkan.

The person will naturally repeat behaviors for which he or she is rewarded.
Orang akan secara alami untuk mengulang perilaku yang dia dihargai.

This principle is applied in many different ways, such as discrete trial training, incidental teaching, errorless learning, and shaping and fading. Most treatment programs include a number of ABA therapies.
Prinsip ini diterapkan dalam berbagai cara, seperti percobaan discrete pelatihan, kebetulan mengajar, errorless belajar, dan membentuk dan kabur. Kebanyakan program perawatan termasuk sejumlah ABA therapies.

These comprehensive treatment approaches differ in their specifics but are highly structured, intensive programs in which the child spends a large amount of time (15-40+ hours per week), usually in one-to-one activities with a therapist, to change behaviors.
Komprehensif perawatan ini berbeda dalam pendekatan mereka secara khusus namun sangat terstruktur, program intensif di mana anak yang menghabiskan banyak waktu tertentu (+ 15-40 jam per minggu), biasanya dalam satu-ke-satu kegiatan dengan dokter, untuk mengubah perilaku .

Behavioral therapists typically collaborate with parents, school personnel, and community professionals in providing a comprehensive treatment program that is individualized to meet each child's specific needs.
Perilaku therapists biasanya bekerja sama dengan orang tua, personil sekolah, masyarakat dan profesional dalam memberikan perawatan yang komprehensif program yang individual untuk memenuhi setiap kebutuhan anak.

Positive behavioral interventions and support are designed to replace problem behaviors with positive behaviors and improve the person's quality of life.
Intervensi perilaku positif dan dukungan yang dirancang untuk menggantikan masalah dengan perilaku positif dan perilaku orang meningkatkan kualitas hidup.

Like other approaches, this approach requires examination of the individual's unique strengths and problems and development of strategies to improve his or her quality of life overall.
Seperti pendekatan lainnya, pendekatan ini memerlukan pemeriksaan masing-masing yang unik dan kekuatan masalah dan pengembangan strategi untuk meningkatkan nya kualitas hidup secara keseluruhan


Education
Pendidikan

The main principle of education is that each person with autism has his or her own strengths, abilities, and functional level and that his or her education should be tailored to meet his or her individual requirements.
Prinsip utama pendidikan adalah bahwa setiap orang dengan autism memiliki sendiri kekuatan, kemampuan, dan tingkat fungsional dan nya pendidikan harus dirancang untuk memenuhi-nya setiap persyaratan.

This is not only desirable for the child, it is required by federal law. The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA; PL101-476) guarantees free and appropriate public education for every child with a disability.
Hal ini tidak hanya keinginan untuk anak, maka diperlukan oleh undang-undang federal. The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA; PL101-476) dan jaminan bebas sesuai pendidikan publik untuk setiap anak dengan cacat.

This law specifies that a written and explicit education plan (the Individualized Education Plan, or IEP) be prepared by the local education authority in consultation with the child's parents.
Undang-undang ini menetapkan bahwa tertulis eksplisit pendidikan dan rencana (Rencana Pendidikan yang individual, atau IEP) disediakan oleh otoritas pendidikan setempat dalam konsultasi dengan anak dari orang tua.

When all parties agree on the plan, the plan must be put into place and the child's progress documented.
Bila semua pihak setuju pada rencana, rencana harus dimasukkan ke dalam tempat dan kemajuan anak didokumentasikan.

Preparation of the plan includes a comprehensive assessment of the child's needs.
Persiapan rencana penilaian yang komprehensif termasuk anak kebutuhan.

Many different options are available for educating children with autism.
Berbagai pilihan yang tersedia untuk mendidik anak-anak dengan autism.

The basic assumption is that, whenever possible, children with disabilities should be educated with their nondisabled peers, who serve as models for appropriate language, social, and behavioral skills. Thus, some children with autism are educated in mainstream classrooms, others in special education classes within mainstream public schools, and others in specialized programs separate from mainstream public schools.
Dasar asumsi bahwa, bila memungkinkan, anak-anak penyandang cacat harus dididik dengan rekan-rekan mereka nondisabled, yang melayani sebagai model yang sesuai untuk bahasa, sosial, perilaku dan keterampilan. Dengan demikian, anak-anak dengan autism yang dididik di kelas utama, yang lain dalam pendidikan khusus dalam kelas utama sekolah umum, dan lain-lain dalam program khusus terpisah dari aliran utama sekolah umum.

Parents wanting to find the best possible program for their child are advised to work with the local education authority; full cooperation and communication are essential for meeting this goal.
Orangtua ingin mendapatkan yang terbaik mungkin program untuk anak-anak mereka dianjurkan untuk bekerja sama dengan otoritas pendidikan lokal; penuh kerjasama dan komunikasi yang penting untuk memenuhi tujuan ini.

The following specific programs have been developed for persons with autism:
Berikut ini program-program khusus telah dikembangkan untuk orang dengan autism:
TEACCH is a program developed in North Carolina and is used statewide for people with autism.
TEACCH adalah program yang dikembangkan di North Carolina negara dan digunakan untuk orang-orang dengan autism.
It encompasses many different theories and techniques to develop an individualized program for each person with autism.
TEEACCH meliputi berbagai teori dan teknik untuk mengembangkan sebuah program individual untuk setiap orang dengan autism.

The underlying principle is that the environment should be adapted for the person with autism, not the other way around.
Pada prinsipnya adalah yang lingkungan yang harus disesuaikan untuk orang dengan autism, bukan cara yang lain sekitar.

This program focuses less on changing specific behaviors and more on providing the child with the skills needed to understand his or her environment and communicate his or her needs.
Program ini lebih memfokuskan pada perubahan perilaku dan lebih khusus pada anak dengan keterampilan yang diperlukan untuk memahami-nya lingkungan dan berkomunikasi nya kebutuhan.

Floor time is an approach that helps the child with autism progress on the natural developmental ladder.
Meluangkan waktu merupakan pendekatan yang membantu anak autism kemajuan pembangunan secera alamiah.
It is based on the theory that children cannot progress to advanced learning until they have completed all the required steps of this ladder, and that children with autism have not completed the ladder.
Ini didasarkan pada teori bahwa anak-anak tidak bisa maju ke kemajuan belajar sampai mereka telah menyelesaikan semua langkah yang diperlukan dari tangga, dan bahwa anak-anak dengan autism belum menyelesaikan tangga.

Social stories is an approach that uses stories to teach children social skills.
Cerita sosial merupakan pendekatan yang menggunakan cerita anak-anak untuk mengajarkan keterampilan sosial.

In each story, a person is faced with a situation or event; the story is intended to help the child with autism understand the thoughts and emotions of the person in the story.
Dalam setiap cerita, orang yang berhadapan dengan situasi atau aktivitas; cerita ini dimaksudkan untuk membantu anak dengan autism memahami pikiran dan emosi dari orang di dalam cerita.

This helps the child develop an understanding of the appropriate or expected response to the situation.
Ini membantu anak mengembangkan pemahaman tentang sesuai atau diharapkan menanggapi situasi.

The stories are tailored to the individual and often include music and illustrations.
Cerita yang disesuaikan dengan individu dan sering termasuk musik dan ilustrasi.

It is important that skills learned at school are generalized outside the classroom setting.
Penting bahwa kemampuan belajar di sekolah umum adalah di luar kelas pengaturan.

Thus, programs for children with autism must include the family and be coordinated across the child's home and community.
Dengan demikian, program-program untuk anak-anak dengan autism harus menyertakan keluarga dan dikoordinasikan dengan anak di rumah dan masyarakat.

Complementary therapies
Kelengapan terapi
Complementary therapies include art therapy, music therapy, animal therapy, and sensory integration therapy.
kelengkapan terapi termasuk terapi seni, terapi musik, terapi binatang, terapi dan integrasi indrawi.

These are not behavioral or educational approaches per se, but they provide another opportunity for the child to develop social and communication skills.
Ini bukan pendekatan pendidikan perilaku atau per se, tetapi mereka memberikan kesempatan lain bagi anak untuk mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi.

Although there is little scientific evidence that these therapies increase skills, many parents and therapists describe noticeable improvements in a child's behavior and communication abilities, as well as a sense of enjoyment.
Walaupun ada sedikit bukti ilmiah yang therapies meningkatkan keterampilan ini, banyak orangtua siswa dan menjelaskan therapists noticable perbaikan perilaku anak dan kemampuan komunikasi, serta rasa kesenangan.

Complementary therapies are typically used in addition to behavioral and educational approaches.
Komplementer therapies biasanya digunakan selain perilaku dan pendekatan pendidikan.

Art therapy offers the child a nonverbal way to express his or her feelings.
Terapi seni menawarkan anak nonverbal sebuah cara untuk menyatakan perasaan nya.

Music therapy involving singing helps develop the child's speech and language skills.
Terapi musik yang melibatkan bernyanyi membantu mengembangkan anak bicara dan kemampuan bahasa.

Animal therapy, such as horseback riding and swimming with dolphins, improves the child's motor skills while increasing self-confidence.
Terapi Hewan, seperti menunggang kuda dan berenang dengan lumba-lumba, meningkatkan keterampilan motorik anak sambil meningkatkan kepercayaan diri.

Sensory integration focuses on normalizing extreme reactions to sensory input.
Sensory integrasi berfokus pada normalizing reaksi ekstrim ke indrawi prediksi.

It tries to help the child reorganize and integrate his or her sensory information so he or she can better understand the external world.
Sensory integrasi Akan mencoba untuk membantu anak mengatur dan mengintegrasikan nya indrawi informasi sehingga ia dapat lebih memahami dunia luar.

Pengertian terapi perilaku menurut ilmu kedokteran bagian 1

www.emedicine.com dimuat pengertian terapi perilaku

untuk artikel lengkapnya silahkan kunjungi atau klik link dibawah ini:


http://www.emedicinehealth.com/autism/page10_em.htm

versi bhs indonesia dari artikel tersebut adalah sebagai berikut:

Terapi perilaku


Terapi perilaku adalah dasar untuk sebagian besar program perawatan untuk anak-anak dengan autism. Lebih dari 30 tahun penelitian telah menunjukkan manfaat dari perilaku diterapkan metode dalam meningkatkan komunikasi, belajar, menyesuaikan diri perilaku, dan sesuai perilaku sosial sekaligus mengurangi perilaku yang tidak pantas pada anak-anak dengan autism.


Ada bukti kuat bahwa intervensi ini akan sangat efektif jika dimulai dini, biasanya di rentang tahun pra-sekolah. Berbagai ilmiah terbukti perilaku perawatan telah dikembangkan untuk anak-anak dengan autism. Ini adalah terutama berdasarkan prinsip-prinsip ABA (Applied Behavior Analysis)

Applied Behavior Analysis (ABA) dirancang untuk keduanya perbaikan perilaku dan mengajarkan keterampilan khusus untuk menangani situasi. Ini didasarkan pada prinsip reinforcment: perilaku yang dapat diuba oleh reward yg dikehendaki perilaku dan menekan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. seseorang akan mengulangi perilaku yang ada hadiahnya. Prinsip ini diterapkan dalam berbagai cara, seperti discrete trial training, incidental teaching, errorless learning, and shaping and fading. Kebanyakan program treatment tersebut ada dalam sejumlah terapi ABA (terapi perilaku). bersambung ...

Minggu, 14 Desember 2008

Pengertian Terapi Perilaku menurut kamus besar bahasa Indonesia, DEPDIKBUD

sebelumnya saya ingin memuat tentang pengertian TERAPI PERILAKU secara kata perkata menurut kamus besar Bahasa indonesa, dan di posting berikutnya berdasarkan seseorang narasumber mudah-mudahan dapet dokter spesialis or sub-spesialis bagusnya mah..
so Step by Step lahh OK

Terapi menurut Kamus besar bahasa indonesia diantaranya adalah :
- Usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit;
- pengobatan penyakit
- Perawatan penyakit; mula-mula tim dokter mempelajari gejala-gejala penyakitnya kemudian menentukan --nya yang tepat
-- bahasa Dok pengobatan dan perawatan untuk mengurangi dan menghilangkan kelainan wicara dan bahasa; --bermain teknik penyembuhan penyakit melalui teknik bermain; --gizi Doc usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang dengan perbaikan gizi: --musik teknik penyembuhan penyakit melalui musik

nah segitu deh istilah terapi yang di tulis kamus besar indonesia, (tidak ditemukan terapi perilaku) sediiih dehh istilah baru kali yaa di kitamah... yaa mudah mudahan ada lah pada cetakan barunya . ngareeep :)

arti perilaku dalam kamus besar bahasa indonesia adalah n tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan;