Jumat, 30 Oktober 2009

Identifikasi Anak Dengan Disleksia

Identifikasi Anak
Dengan Disleksia

Written by aabb
Tuesday, 21 April 2009

Identifikasi Anak
Dengan Disleksia
Oleh : Dra. Lucia RM Royanto,
MSi, MSpEd

Disleksia

Disleksia adalah kesulitan belajar spesifik berkaitan dengan penguasaan keterampilan dasar yaitu membaca, mengeja & menulis.

Disleksia dapat dijelaskan pada tingkat neurologis, kognitif & behavioral. Anak dengan disleksia memiliki ciri

· pemrosesan informasi yang tidak efisien,
· kesulitan dalam working memory,
· menyebutkan sesuatu secara cepat & otomisasi keterampilan dasar.
· Seringkali diikuti dengan kesulitan mengurutkan, organisasi & motorik (dalam Reid, 2003).

Di Amerika Serikat, 10% -15%anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca
(Harris & Sipay, 1990). Kesulitan ini merupakan penyebab kegagalan yang terbesar di
sekolah, karena anak dengan kesulitan membaca akan memiliki pandangan diri yang
negatif dan akan merasa kurang kompeten. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan masalah
perilaku dan kecemasan, yang tidak jarang kemudian diikuti dengan kurangnya motivasi(Mercer, 1997).

Penyebab disleksia

Penyebab disleksia dapat dibagi
menjadi tiga yaitu
· faktor biologis,
· faktor kognitif dan pemrosesan serta
· faktor perilaku.

Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia perlu pemeriksaan menyeluruh
dari segi biologis, kognitif serta perilaku. Seorang dokter dapat membantu melihat ada tidaknya gangguan biologis yang menyertai, atau ada tidaknya gangguan neurologis.

Sedangkan pemeriksaan mendalam dilakukan untuk melihat ada tidaknya masalah dalam segi kognitif serta pemprosesan informasi (Reid,2001).

Membaca sendiri memiliki dua proses dasar yaitu
· proses decoding atau pengenalan kata dan
· proses pemahaman.
Dalam pengenalan kata, ada beberapa subketerampilan yang perlu dikuasai antara lain analisis fonetik, analisis struktural, kata-kata yang dikenal tanpa dikuasai
keterampilan fonetik (sight words), pengenalan kata melalui
pertanda serta penguasaan kosa kata. Sedangkan dalam proses pemahaman, seorang anak
dapat memahami dalam berbagai tingkat pemahaman yaitu tingkat literal, tingkat
penyimpulan, tingkat evaluasi serta tingkat apresiasi (Barrett,dalam Schloss, Smith & Schloss,1995).

Dalam melakukan asesmen, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada area :
1. kecepatan membaca,
2. ketepatan membaca,
3. pengenalan kata,
4. pemahaman membaca,
5. kosa kata dan
6. kemampuan mengeja
(Wong, 1996).

Untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah dalam membaca, dapat dilakukan oleh
beberapa orang antara lain guru, orangtua, dokter serta psikolog.

Guru dan orangtua dapat mengidentifikasi dari tes-tes formal serta observasi. Dari
observasi kegiatan sehari-hari misalnya, dapat dilihat :
· apakah anak bingung antara kiri dan kanan,
· sering melakukan kesalahan perhitungan,
· bingung pada arah,
· sering tersesat pada lingkungan baru,
· bingung apabila harus memperhatikan detil,
· tidak menyukai puzzles,maze atau aktivitas yang memiliki elemen visual,
· bingung pada huruf-huruf yang bentuknya mirip (b dan d, p dan q),
· sulit mengenali dan mengingat kata-kata yang dilihatnya (namun lebih
dapat mengingat kata-kata yang didengar),
· kehilangan jejak pada saat membaca,
· bingung dan sering terbalik dalam membaca kata- kata tertentu yang mirip
ubi dengan ibu),
· sulit menemukan huruf di dalam kata-kata dan suatu kata di dalam kalimat,
· sulit mengingat kata-kata yang dilihatnya,
· sulit memahami ide-ide utama dari bacaan.

Sedangkan dokter dapat membantu melihat apakah ada masalah neurologis yang menyebabkan kesulitan anak dalam membaca.

Seorang psikolog dapat menggunakan tes-tes psikometri untuk memastikan ada tidaknya
masalah dalam inteligensi serta kelebihan dan kekurangan anak dalam aspek-aspek inteligentifnya.

Tes-tes psikometri tertentu juga dapat membantu mengidentifikasi ada tidaknya masalah pemrosesan informasi, misalnya dari segi visual, auditif atau motorik. Selain itu penggunaan tes membaca yang formal serta informal juga dapat membantu melihat ada tidaknya masalah dalam membaca. Jadi, untuk membantu anak disleksia, perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh sehingga dapat ditentukan bagaimana potensi
anak secara keseluruhannya dan dimana kemampuan serta ketidakmampuannya.

Selain itu apakah ada masalah kesehatan atau fisik yang mungkin menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam membaca. Dengan pemeriksaan yang menyeluruh, maka intervensi yang dilakukan pun dapat menjadi lebih terfokus pada penyelesaian masalah spesifiknya.


Last Updated ( Wednesday, 05 August 2009 )
sumber http://www.kesulitanbelajar.org

Minggu, 25 Oktober 2009

Giffted

Anak Tidak Bisa Diam Ciri
Anak Berbakat?
Oleh: Dr. Kristiantini Dewi, SpA
-------------------------------------------------------------------------
Ibunda Ferdy merasa sudah
saatnya berkonsultasi ke dokter
mengenai perilaku buah hatinya
yang akhir-akhir ini
mengkhawatirkan.
Sudah 3 bulan Ferdy (5 tahun)
bersekolah di TK B, setelah
setahun sebelumnya bersekolah
di tempat lain untuk jenjang TK
A. Usulan pindah sekolah ini
sebetulnya diminta Ferdy,
karena sekolah yang baru ini
lebih banyak mainannya. Begitu
alasan bocah kecil ini.
Sebenarnya kalau boleh jujur,
sang Mama setuju-setuju saja,
karena guru di TK yang lama
pernah "angkat tangan"
menghadapi Ferdy yang tidak
bisa diam. Belum lagi hobinya
yang selalu bertanya tiada
habisnya.
Senang tantangan
Di sekolah yang baru, guru
mengeluhkan hal yang sama.
Malah keluhan gurunya lebih
spektakuler lagi, jika aktivitas
belajar seputar hal-hal yang
baru, Ferdy pasti semangat
sekali mengerjakannya. Apalagi
kalau kelihatannya hal baru
tersebut cukup menantang atau
cukup sulit. Ferdy bisa asyik
sendiri sampai lebih dari
setengah jam tanpa teralihkan
ke kegiatan lain.
Bocah enerjik ini sangat pandai
menggambar. Walaupun ia
cenderung tidak menuruti
aturan menggambar yang baku.
Ferdy selalu memiliki alasan
menarik atas semua hasil
pekerjaannya yang lain dari
teman-temannya itu.
Ferdy sering tampil bak
pahlawan, menolong teman-
temannya yang kesulitan.
Kadang terdengar komentarnya
menasihati temannya, bak
orang dewasa. Tapi, kalau
kegiatan yang diberikan guru
tidak menarik baginya atau
materi tersebut sudah pernah
diajarkan, maka ia tampak
uring-uringan, hilir mudik di
dalam kelas, tidak mau
mengerjakan instruksi guru,
atau malah melamun dan
kelihatan jenuh.
Setelah dilakukan penilaian dan
observasi perilaku yang cermat,
juga serangkaian psikotest,
tingkat kognisi (IQ) Ferdy sangat
jauh di atas rata-rata, yaitu 147.
Level IQ yang lebih dari 130
disebut juga dengan giftedness
atau anak berbakat.
Kapan Anak disebut Berbakat?
Anak berbakat adalah anak yang
menunjukkan kemampuan luar
biasa dalam bidang intelektual
(level IQ>130; Level IQ normal
adalah 90-110), kreatif, atau
berprestasi sangat istimewa di
bidang akademis tertentu,
biasanya disertai kemampuan
memimpin, atau berprestasi luar
biasa di bidang seni.
Sebanyak 3-5 persen dari
populasi anak di Amerika Serikat
merupakan anak berbakat.
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan seorang anak
menjadi anak berbakat yaitu;
faktor genetik
kemampuan memahami simbol-
simbol
adanya kesempatan untuk
mengembangkan bakat
dukungan orangtua untuk
mengembangkan bakat
adanya aktivitas yang
mengakomodasi bakatnya
pengaruh positif teman sebaya
serta lingkungannya terhadap
bakat yang dimilikinya.
Biasanya anak berbakat memiliki
kepribadian yang baik,
cenderung sensitif dan mudah
berempati. Mereka juga biasanya
sangat perfeksionis, sangat
akurat, sangat mengedepankan
logika, tekun dan gigih dalam
mengerjakan suatu “tugas”
yang menantang.
Mereka sangat bersemangat
mempelajari hal-hal baru,
namun mereka tidak begitu saja
menuruti instruksi atau aturan
yang diberikan. Mereka aktif
mempertanyakan alasan kenapa
peraturan tersebut
diberlakukan, atau kenapa
mereka harus mengerjakan
sesuatu hal, dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan lain
yang sering diajukan adalah
seputar hal yang bersifat
abstrak, misalnya mengenai
Tuhan, malaikat. Anak berbakat
menunjukkan kemampuan
berpikir kompleks dan memiliki
kemampuan “judgement”
moral yang lebih “advanced”
dibandingkan usianya. Misalnya,
Ferdy tidak suka keluarganya
main kartu di rumah, karena
menurutnya bermain kartu
sama dengan judi, dan ia tidak
suka rumahnya ada kegiatan
haram.
Anak berbakat juga sangat
kreatif, dan senang permainan
konstruktif atau menciptakan
sesuatu. Ketika bermain lego,
mereka bisa menghasilkan
berbagai model yang serupa
bentuk aslinya, misalnya robot-
robotan, jerapah, kereta api,
mobil, tanpa mencontoh pola.
Nah, kalau Ferdy tergolong anak
berbakat, mengapa orangtua
dan gurunya kewalahan?
Orangtua dan guru tidak
mengenali bakat anak berbakat.
Di mata mereka anak berbakat
malah sering tampak sebagai
anak yang tidak penurut,
semaunya sendiri, tidak bisa
diam, dan selalu harus terpenuhi
keinginannya.
Sebaiknya orangtua dan guru
mengakomodasi kemampuan
anak berbakat tanpa
mengganggu lingkungan
sosialnya. Guru memberikan
kesempatan untuk mengerjakan
permainan atau tugas yang
sama dengan teman-temannya,
tapi khusus untuk anak berbakat
berikan instruksi yang lebih
banyak dan lebih kompleks,
sesuai dengan kemampuannya.
Ajak berdialog mengenai hal-hal
yang bervariasi, tidak hanya
seputar kegiatan sekolah tapi
juga mengenai kehidupan
sehari-hari yang menarik yang
dapat dijelaskan secara logis,
misalnya membahas bagaimana
fenomena munculnya pelangi,
mengapa turun hujan, atau bisa
terjadi guntur, dan seterusnya.
Sesekali berikan kesempatan
anak berbakat membawa buku
ceritanya ke sekolah dan
menceritakannya di depan
teman-teman dan gurunya. Atau
perkenankan mereka menjadi
“asisten” Ibu guru jika ada
teman yang kesulitan
mengerjakan tugas.
Pola kegiatan yang berbeda
akan sangat menyenangkan
anak berbakat. Mereka tambah
semangat pergi ke sekolah,
bahkan sudah “sibuk”
menyiapkan barang-barang
yang akan dibawanya ke
sekolah, dan stop hilir mudik
atau bersikap bosan di dalam
kelas.
Kerjasama yang saling
mendukung antara sekolah dan
orangtua sangat mempengaruhi
sikap, kepribadian dan prestasi
anak berbakat di kemudian hari.
Referensi:
Giftedness. JM. Sattler.
Assessment of children,
behavioral and clinical
applications, Jerome M. Sattler,
Publisher, Inc, San Diego, 2002
Sumber: Sahabat NESTLE

Minggu, 11 Oktober 2009

DETEKSI DINI AUTIS

Deteksi Dini Autisme
DAFTAR DETEKSI DINI AUTISME
(M-CHAT : Modified Checklist for
Autism in Toddlers)
M-CHAT merupakan dftar (check
list) yang terdiri dari 23
pertanyaan yang
digunakan untuk memberikan
tanda-tanda dini anak-anak
autisme. M-CHAT dikembangkan
di Amerika dari CHAT yang
ditemukan dan digunakan di
Inggris. Autisme merupakan
gangguan perkembangan yang
sangat sulit
untuk dideteksi pada usia Balita.
Namun anak-anak balita yang
dapat dideteksi dini memiliki
peluang lebih besar untuk
membaik jika intervensi dini
diperkenalkan sebelum usia 5
tahun.
Pertanyaan dibawah ini
sebaiknya dijawab secara jujur
dan menyeluruh, sesuai dengan
kecenderungan yang dilakukan
anak
sehari-hari.
1. Apakah anak anda menyukai
diayun, ditimang ? (Y/T)
2. Apakah anak anda memiliki rasa
tertarik pada anak-anak lain ?
(Y/T)
3. Apakah anak anda menyukai
memanjat, misalnya
tangga ? (Y/T)
4. Apakah anak anda menyukai
permainan ciluk ba ? (Y/T)
5. Apakah anak anda pernah
bermain \\\\\\\"sandiwara\\\\\
\\", misalnya : Pura-pura bicara
di telpon ? Menjadi tokoh
tertentu ? Bicara pada boneka ?
(Y/T)
6. Apakah anak anda pernah
menggunakan telunjuk untuk
meminta sesuatu ? (Y/T)
7. Apakah anak anda pernah
menggunakan telunjuk
menunjukkan rasa tertariknya
pada sesuatu ? (Y/T)
8. Dapatkah anak anda bermain
dengan mainan kecil (mobil-
mobilan/balok) dengan
sewajarnya tanpa hanya
memasukkannya ke dalam
mulut, kutak kutik atau
menjatuhkannya saja ? (Y/T)
9. Apakah anak anda pernah
membawa obyek/benda dan
diperlihatkan pada anda ? (Y/T)
0. Apakah anak anda melihat pada
mata anda lebih dari 1 atau 2
detik ? (Y/T)
1. Apakah anak anda sangat
sensitif terhadap bunyi ? (Y/T)
2. Apakah anak anda tersenyum
pada wajah anda atau
senyuman anda ? (Y/T)
3. Apakah anak anda meniru
anda ? (Misalnya bila anda
membuat raut wajah tertentu,
anak anda menirunya ?) (Y/T)
4. Apakah anak anda memberi
reaksi bila namanya dipanggil ?
(Y/T)
5. Bila anda menunjuk pada
sebuah mainan di sisi lain
ruangan, apakah anak anda
melihat pada mainan tersebut ?
(Y/T)
6. Apakah anak anda dapat
berjalan ? (Y/T)
7. Apakah anak anda juga melihat
pada benda yang anda lihat ?
(Y/T)
8. Apakah anak anda membuat
gerakan-gerakan jari yang tidak
wajar di sekitar wajahnya ? (Y/
T)
9. Apakah anak anda mencoba
mencari perhatian anda untuk
kegiatan yang sedang
dilakukannya ? (Y/T)
0. Apakah anda pernah berpikir
bahwa anak anda tuli ? (Y/T)
1. Apakah anak anda mengerti apa
yang dikatakan orang lain ? (Y/
T)
2. Apakah anak anda terkadang
menatap dengan tatapan
kosong atau mondar-mandir
tanpa tujuan ? (Y/T)
3. Apakah anak anda melihat pada
wajah anda untuk melihat reaksi
anda ketika ia dihadapkan pada
situasi yang asing atau tidak ia
mengerti ? (Y/T)
KETERANGAN
Seorang anak berpeluang
menyandang autis jika : - 3 atau
lebih dari pertanyaan M-CHAT
dijawab TIDAK atau- minimal 2
dari pertanyaan yang dicetak
tebal dijawab TIDAK
Tidak semua anak berpeluang
menyandang autis memenuhi
kriteria spektrum autis.Daftar ini
digunakan agar orang tua dan
dokter anak waspada untuk
segera mengirim anak yang
berpeluang autis kepada dokter
ahli yang tercantum pada daftar
di bawah ini :
Jakarta - Dr. Melly Budhiman,
0812-1301456
(mellybudhiman@yahoo.com)
Surabaya - dr. Sasanti Yuniar,
0815-4567313
(sasanti@yahoo.com)
Sumber : Robins D., Fein, D.,
Barton M. & Green J (2001). The
Modified Checklist for Autism in
Toddlers. Journal of Autism and
Developmental Disorders, 21
(2), 131 - 144